Sabtu, 13 Januari 2018

Membahas Biografi Kyai Haji Abdurrahman Wahid

Membahas Biografi Kyai Haji Abdurrahman Wahid



Biologindonesia241 - Kyai Haji Abdurrahman Wahid umum di panggil Gus Dur, yaitu putra pertama dari enam bersaudara, dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Gus Dur yaitu keturunan ‘darah biru’. Ayahnya, KH Wahid Hasyim yaitu putra KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU serta pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Hj Sholehah yaitu putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syansuri. Kakek dari pihak ibunya ini adalah tokoh NU, sebagai Rais ‘Aam PBNU sesudah KH Abdul Wahab Hasbullah.

Pada 1949, saat clash dengan pemerintahan Belanda selesai, ayahnya diangkat jadi Menteri Agama pertama, hingga keluarga Wahid Hasyim geser ke Jakarta. Tamu-tamu, terdiri beberapa tokoh yang terlebih dulu umum didapati dirumah kakeknya, selalu berlanjut saat ayahnya jadi menteri agama. Hal semacam ini memberi pengalaman sendiri untuk Gus Dur. Ia mulai berteman dengan dunia politik yang didengar dari beberapa kolega ayahnya. Mulai sejak kanak-kanak, ibunya sudah diikuti beragam isyarat kalau Gus Dur juga akan alami garis hidup yang berlainan serta mempunyai kesadaran penuh juga akan tanggung jawab pada NU. Pada April 1953, Gus Dur pergi dengan ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk resmikan madrasah. Di satu tempat di selama pegunungan pada Cimahi-Bandung, mobilnya alami kecelakaan. Gus Dur dapat diselamatkan, namun ayahnya wafat. Kematian ayahnya membawa dampak sendiri dalam kehidupannya. Dalam kesehariannya, Gus Dur miliki kesukaan membaca serta rajin memakai perpustakaan pribadi ayahnya. Ia juga aktif bertandang ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada umur belasan th. Gus Dur sudah akrab dengan beragam majalah, surat berita, novel serta buku-buku serius. Karya-karya yang di baca bukan sekedar narasi, intinya narasi silat serta fiksi, namun wacana mengenai filsafat serta dokumen-dokumen luar negeri. Ia juga suka bermain bola, catur, serta musik. Kesukaan beda yaitu nonton bioskop. Kegemarannya ini menyebabkan animo mendalam dalam dunia film. Berikut penyebabnya kenapa Gu Dur pada 1986-1987 diangkat jadi ketua juri Festival Film Indonesia. Masa remaja Gus Dur beberapa besar di habiskan di Jogjakarta serta Tegalrejo. Di dua tempat ini pengembangan pengetahuan pengetahuannya mulai bertambah. Masa selanjutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, hingga lalu meneruskan studi di Mesir. Sebelumnya pergi ke Mesir, pamannya sudah melamarkan seseorang gadis untuk dia, yakni Sinta Nuriyah anak H Muh Sakur. Perkawinannya dikerjakan saat ia ada di Mesir.

Musik Classic Gus Dur 


Pertama kalinya belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, KH Hasyim Asy’ari. Waktu serumah dengan kakek, ia diajari mengaji serta membaca Al Qur’an. Dalam umur lima th. ia sudah lancar membaca Al Qur’an. Ketika ayahnya geser Jakarta, di samping belajar resmi di sekolah, Gus Dur les privat Bhs Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seseorang Jerman yang sudah masuk Islam serta ganti namanya dengan Iskandar. Untuk menaikkan pelajaran Bhs Belanda, Buhl senantiasa menghidangkan dengan musik classic. Berikut pertama kalinya persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat serta dari sini juga Gus Dur mulai tertarik serta menyukai musik classic. Mendekati lulus SD, Gus Dur memenangi lomba karya catat (mengarang) se-Jakarta. Karena itu lumrah bila pada saat lalu banyak tulisan Gus Dur menghiasai beragam mass media. Sesudah lulus SD, Gus Dur di kirim orang tuanya belajar di Jogjakarta. Pada 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sembari mondok di Pesantren Krapyak. Sekolah ini walau dikelola Gereja Katolik Roma, namun seutuhnya memakai kurikulum sekuler. Di sekolah ini juga pertama Gus Dur belajar Bhs Inggris. Gus Dur lantas minta geser ke kota serta tinggal dirumah H Junaidi, pimpinan lokal Muhammadiyah serta orang yang punya pengaruh di SMEP. Aktivitas rutinnya, sesudah salat subuh, mengaji pada KH Ma’sum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, serta malamnya turut berdiskusi dengan H Junaidi serta anggota Muhammadiyah yang lain. Saat jadi siswa SMEP, Gus Dur didorong oleh gurunya untuk kuasai Bhs Inggris, hingga kurun waktu satu-dua th. Gus Dur menggunakan sebagian buku berbahasa Inggris. Diantara buku-buku yang dibacanya yaitu karya Ernest Hemingway, John Steinbach, serta William Faulkner. Ia juga membaca sebagian karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y Gasset, serta sebagian karya penulis Rusia, seperti Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky serta Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis sebagian karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of Civilazation’. Gus Dur juga aktif dengarkan tayangan radio Voice of America serta BBC London. Saat ketahui kalau Gus Dur pintar berbahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang anggota Partai Komunis- berikan buku karya Lenin ‘What is To Be Done’. Ketika yang sama, anak yang masuk masa remaja ini sudah mengetahui Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato, Thales, dsb. Setamat SMEP, Gus Dur meneruskan belajar di Pesantren Tegalrejo Magelang. Pesantren ini diasuh KH Chudhari, kiai yang mengenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi. Dibawah tuntunan kiai ini juga, Gus Dur membuat ziarah ke makam-makam beberapa wali di Jawa. Menggunakan dua th. di pesantren Tegalrejo, Gus Dur lantas kembali pada Jombang serta tinggal di Pesantren Tambak Beras. Waktu itu usianya mendekati 20 th., hingga di pesantren punya pamannya, KH Abdul Fatah, ia jadi seseorang ustadz, serta jadi ketua keamanan. Pada umur 22 th., Gus Dur ke tanah suci untuk menunaikan beribadah haji, lalu ke Mesir meneruskan studi di Kampus Al Azhar.

Pada 1966 Gus Dur geser ke Irak. Ia masuk Departement of Religion di Kampus Bagdad hingga 1970. Diluar universitas, Gus Dur rajin berkunjung ke makam-makam beberapa wali, termasuk juga makam Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menekuni ajaran Imam Junaid Al-Baghdadi, pendiri aliran tasawuf yang dibarengi jemaah NU. Di sinilah Gus Dur temukan sumber spiritualitasnya. Dari Baghdad, Gus Dur menginginkan meneruskan studi ke Eropa. Namun karna kriteria ketat, intinya dalam bhs, –misalnya untuk masuk kajian classic di Kohln mesti kuasai bhs Hebraw, Yunani atau Latin di samping bhs Jerman–, tidak bisa dipenuhinya, pada akhirnya yang dikerjakan yaitu jadi pelajar keliling dari satu kampus ke kampus yang lain. Selanjutnya Gus Dur tinggal di Belanda sepanjang enam bln. serta membangun Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia serta Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk cost hidup di rantau, 2 x satu bulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja jadi pembersih kapal tanker.

Perjalanan Karier Gus Dur 

Sepulang dari pengembaraan mencari pengetahuan, Gus Dur kembali pada Jombang, pilih jadi guru. Pada 1971 ia gabung di Fakultas Ushuludin Kampus Tebu Ireng Jombang. Tiga th. lalu jadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, serta pada th. sama Gus Dur mulai tekuni sebagaii kolumnis. Pada 1974 Gus Dur disuruh pamannya, KH Yusuf Hasyim menolong di Pesantren Tebu Ireng dengan jadi sekretaris. Gus Dur mulai seringkali memperoleh undangan jadi nara sumber pada beberapa komunitas diskusi, baik didalam ataupun luar negeri. Setelah itu Gus Dur ikut serta aktivitas LSM. Pertama di LP3ES dengan Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, serta Adi Sasono dalam project pengembangan pesantren, lalu Gus Dur membangun P3M yang dimotori LP3ES. Pada 1979 Gus Dur geser ke Jakarta. Awal mula ia meniti Pesantren Ciganjur. Pada awal 1980 Gus Dur diakui jadi wakil katib syuriah PBNU. Disini Gus Dur ikut serta diskusi serta perbincangan serius tentang problem agama, sosial serta politik dengan beragam kelompok lintas agama, suku serta disiplin pengetahuan. Karir yang dipandang ‘menyimpang’ -dalam kemampuannya jadi seseorang tokoh agama sekalian pengurus PBNU yaitu saat jadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1983. Ia juga jadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1986, 1987. Pada 1984 Gus Dur diambil dengan aklamasi oleh tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai KH As’ad Syamsul Arifin untuk menempati jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 NU di Situbondo. Jabatan itu kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Jogjakarta (1989), serta muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU lalu dilepaskan saat Gus Dur menjabat presiden ke-4 RI. Walau telah jadi presiden, kenylenehan Gus Dur tidak hilang. Gus Dur jadi Presiden sedang Megawati Soekarnoputri jadi wapres. Catatan karir Gus Dur yang pantas juga dicatat yaitu waktu jadi ketua Komunitas Demokrasi (1991-1999), dengan beberapa anggota terdiri beragam kelompok, terutama nasionalis serta non muslim. Dari perjalanannya itu memberi deskripsi begitu kompleks serta rumitnya perjalanan Abdurrahman Wahid, berjumpa dengan beragam jenis orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kebutuhan, strata sosial serta pemikiran yang berlainan. wikipedia/beragam sumber

Jejak Penghargaan Gus Dur 



  • Tokoh 1990, Majalah Editor, th. 1990
  • Ramon Magsaysay Award for Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina, th. 1991
  • Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, th. 1991
  • Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, th. 1994
  • Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), th. 1998
  • Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the University of Twente, th. 2000
  • Titel Doktor Kehormatan dari Kampus Jawaharlal Nehru, th. 2000
  • Doctor Honoris Causa dalam bagian Philosophy In Law dari Kampus Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000
  • Doctor Honoris Causa dari Kampus Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada bagian pengetahuan hukum serta politik, pengetahuan ekonomi serta manajemen, serta pengetahuan humaniora, th. 2000
  • Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari Columbia University, September 2000
  • Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of Technology, Thailand, th. 2000
  • Ambassador for Peace, satu diantara tubuh PBB, th. 2001
  • Doctor Honoris Causa dari Kampus Sokka, Jepang, th. 2002
  • Doctor Honoris Causa bagian hukum dari Konkuk University, Seoul Korea Selatan, 21 Maret 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar