Sabtu, 24 Februari 2018

Biografi Seputar Kaptan Pattimura Pahlawan Dari Maluku

Biografi Seputar Kaptan Pattimura Pahlawan Dari Maluku




Biolog Indonesia 241 - Beliau adalah satu diantara pahlawan nasional Indonesia yang datang dari Maluku yang di kenal begitu gigih melawan penjajah Belanda. 

Tentang profil Pattimura, Terdapat banyak pendapat yang menyebutkan kalau Pattimura mempunyai nama asli Thomas Matulessy ada pula yang menyebutkan nama aslinya yaitu Ahmad Lussy. Hal semacam ini hingga saat ini jadi masalah dikalangan orang-orang. 

Perbincangan Tentang Asal Saran Pattimura 

Bapak Pattimura bernama Frans Matulessy serta ibunya bernama Fransina Tilahoi, Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783, di lokasi bernama Haria di daerah Saparua, Maluku Tengah menurut versus pemerintah Indonesia. M. Sapija yang menulis buku tentang Histori Perjuangan Pattimura (1954), menyebutkan kalau Pattimura lahir di daerah bernama Hualoy, Seram Selatan, ia menulis : 

"... Kalau pahlawan Pattimura termasuk turunan bangsawan serta datang dari Nusa Ina (Seram). Bapak beliau yang bernama Antoni Mattulessy yaitu anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang paling akhir ini yaitu putra raja Sahualu. Sahualu bukanlah nama orang namun nama satu negeri yang terdapat dalam satu teluk di Seram Selatan - M. Sapija (1954). 

Lalu sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara miliki pendapat beda dalam bukunya yang berjudul Api Histori (2009) menyebutkan kalau nama asli Pattimura yaitu Ahmad Lussy atau dalam bhs Maluku dikatakan sebagai Mat Lussy yang lahir di Hualoy, Seram Selatan. 

Pattimura menurut Mansyur yaitu seseorang bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah oleh Sultan Abdurrahman yang di kenal juga dengan nama Sultan Kasimillah. Dalam bhs Maluku disebut 

Dari histori mengenai Pattimura yang ditulis M Sapija, titel Kapitan yaitu pemberian Belanda. Walau sebenarnya menurut Sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari pojok histori serta antropologi, yaitu homo religiosa (makhluk agamis). 

Kepercayaan mereka pada suatu hal kemampuan diluar jangkauan akal fikiran mereka, menyebabkan tafsiran yang susah diolah rasio moderen. Oleh karenanya, perilaku sosialnya dikendalikan beberapa kemampuan alam yang mereka takuti. 

Jiwa mereka menyatu dengan beberapa kemampuan alam, kesaktian-kesaktian spesial yang dipunyai seorang. Kesaktian itu lalu di terima jadi suatu hal momen yang mulia serta suci. Apabila ia menempel pada seorang, jadi orang itu yaitu simbol dari kemampuan mereka. Dia yaitu pemimpin yang dipandang mempunyai kharisma. 

Sifat-sifat itu menempel serta berproses turun-temurun. Meskipun lalu mereka telah memeluk agama, tetapi dengan genealogis/silsilah/keturunan yaitu turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sesungguhnya sebutan " kapitan " yang menempel pada diri Pattimura itu berawal menurut Prof. Mansyur Suryanegara. 

Tentang Silsilah Pattimura, Pada th. 1960an pemerintah Indonesia kirim tim ke maluku, tim ini terbagi dalam Kapten Siahainenia dengan Kapten TNI Ma’wa mereka dari dari Kodam XV/Pattimura pergi ke Saparua dalam misi menggali histori Pattimura. tim ini menyurati Subuh Patty Ayau seseorang (Raja) Negeri Latu, desa yang bertetangga dengan Desa Hualoy. 

Mereka memohonnya untuk membawa data atau info tentang Kapitan Pattimura, sesudah didapat banyak panduan dari warga Saparua. Lalu lima orang diutus jadi perwakilan Raja Latu yang membawa data serta info tentang histori Kapitan Pattimura pada dua perwira TNI. 


Perjuangan serta Perlawanan Pattimura Pada Belanda 


Sebelumnya lakukan perlawanan pada VOC ia sempat berkarier dalam militer jadi bekas sersan Militer Inggris. Kata " Maluku " datang dari bhs Arab Al Mulk atau Al Malik yang bermakna Tanah Raja-Raja. mengingat pada saat itu banyak kerajaan 

Pada th. 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya pada pihak Belanda serta lalu Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), perpindahan masyarakat dan pelayaran Hongi (Hongi Tochten), dan meremehkan Traktat London I diantaranya dalam pasal 11 berisi ketetapan kalau Residen Inggris di Ambon mesti merundingkan dulu perpindahan koprs Ambon dengan Gubenur. 

Serta dalam kesepakatan itu juga tercantum dengan terang jika pemerintahan Inggris selesai di Maluku jadi beberapa serdadu-serdadu Ambon mesti dibebaskan dalam pengertian memiliki hak untuk pilih untuk masuk dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, walau demikian dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kehadiran kembali kolonial Belanda pada th. 1817 memperoleh tantangan keras dari rakyat. 

Perang Pattimura cuma bisa dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat serta bumi hangus oleh Belanda. Pattimura dengan beberapa tokoh pejuang beda yang dengannya pada akhirnya bisa di tangkap. 

Pattimura di tangkap oleh pemerintah Kolonial Belanda di satu Tempat tinggal di daerah Siri Sori. Pattimura lalu diadili di Pengadilan Kolonial Belanda dengan tuduhan melawan pemerintah Belanda. 

Pattimura lalu dijatuhi hukuman gantung, sebelumnya eksekusinya di tiang gantungan, Belanda nyatanya selalu membujuk Pattimura supaya bisa bekerja bersama dengan pemerintah kolonial Belanda, tetapi Pattimura menampiknya. 

Jumat, 02 Februari 2018

Mengulas Biografi Tentang Ibu Dewi Sartika

Mengulas Biografi Tentang Ibu Dewi Sartika




Biolog Indonesia 241 - Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884, serta wafat di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada usia 62 th.. Beliau yaitu tokoh perintis pendidikan untuk golongan wanita, disadari jadi Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia th. 1966. Ayahnya, Raden Somanagara yaitu seseorang pejuang kemerdekaan. Paling akhir, sang bapak dihukum buang ke Pulau Ternate oleh Pemerintah Hindia Belanda sampai wafat dunia disana. Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas serta Raden Somanagara. Walau tidak mematuhi kebiasaan waktu itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda juga. 

Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan jadi patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau memperoleh didikan tentang kesundaan, sedang pikiran kebudayaan Barat diperolehnya dari karena didikan seseorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda. Mulai sejak kecil, Dewi Sartika telah tunjukkan bakat pendidik serta kegigihan untuk mencapai perkembangan. Sembari bermain di belakang gedung kepatihan, beliau seringkali memperagakan praktek di sekolah, mengajari baca-tulis, serta bhs Belanda, pada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, serta pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar. 

Raden Dewi Sartika yang ikuti pendidikan Seko lah Basic di Cicalengka, mulai sejak kecil memanglah telah tunjukkan minatnya di bagian pendidikan. Disebutkan sekian karna mulai sejak anak-anak ia telah suka memainkan peran tingkah laku seseorang guru. Jadi contoh, seperti seperti anak-anak, umumnya sepulang sekolah, Dewi kecil senantiasa bermain sekolah-sekolahan dengan rekan-rekan anak wanita sepantarannya, saat itu ia begitu suka bertindak jadi guru. Saat itu Dewi Sartika baru berusia sekitaran sepuluh th., saat Cicalengka di gemparkan oleh kekuatan baca-tulis serta sebagian patah kata dalam bhs Belanda yang diperlihatkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karna di saat itu belum juga banyak anak-anak (terlebih anak rakyat jelata) mempunyai kekuatan sesuai sama itu, serta di ajarkan oleh seseorang anak wanita. 

Berfikir supaya anak-anak wanita di sekelilingnya dapat peroleh peluang menuntut ilmu dan pengetahuan, jadi ia berjuang membangun sekolah di Bandung, Jawa Barat. Saat itu, ia telah tinggal di Bandung. Perjuangannya tidak percuma, dengan pertolongan R. A. A. Martanegara, kakeknya, serta Den Hamer yang menjabat Inspektur Kantor Pengajaran saat itu, jadi pada th. 1904 dia berhasil membangun satu sekolah yang dinamakannya “Sekolah Isteri”. Sekolah itu cuma dua kelas hingga kurang untuk menyimpan semuanya kesibukan sekolah. Jadi untuk ruang belajar, ia mesti meminjam beberapa ruang Kepatihan Bandung. Awalannya, muridnya cuma dua puluh orang. Murid-murid yang cuma wanita itu diajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam serta pelajaran agama. 

Sekolah Istri itu selalu memperoleh perhatian positif dari orang-orang. Murid- murid jadi bertambah banyak, bahkan juga ruang Kepatihan Bandung yang dipinjam terlebih dulu juga kurang sekali lagi menyimpan murid-murid. Untuk mengatasinya, Sekolah Isteri juga lalu dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Bersamaan perjalanan saat, enam th. mulai sejak dibangun, pada th. 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbaharui jadi Sekolah Keutamaan Isteri. Perubahan bukan hanya pada nama saja, tapi mata pelajaran juga jadi bertambah. 

Ia berupaya keras mendidik anak-anak gadis supaya nantinya dapat jadi ibu rumah-tangga yang baik, dapat berdiri dengan sendiri, luwes, serta trampil. Jadi karenanya, pelajaran yang terkait dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikannya. Untuk menutupi cost operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semuanya jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi bertukar jadi kenikmatan batin karna sudah berhasil mendidik kaumnya. Satu diantara yang menaikkan semangatnya yaitu dorongan dari beragam pihak terlebih dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang sudah banyak membantunya wujudkan perjuangannya, baik tenaga ataupun pemikiran. 

Lepas dari bentuk atau langkah perjuangannya, seseorang pahlawan tentu sudah melakukan perbuatan suatu hal yang heroik untuk bangsanya sesuai sama keadaan jamannya. Sekian perihal dengan Raden Dewi Sartika. Bila pahlawan beda lakukan perjuangan untuk bangsanya lewat perang frontal seperti angkat senjata, Dewi Sartika pilih perjuangan lewat pendidikan, yaitu dengan membangun sekolah. Beragam tantangan, terutama di bagian pendanaan operasional sekolah yang dibangunnya seringkali dihadapinya. Tetapi karena kegigihan serta ketulusan hatinya untuk membuat orang-orang negerinya, sekolah yang dibangunnya jadi fasilitas pendidikan kaum hawa dapat berdiri selalu, bahkan juga jadi contoh di daerah yang lain.