Rabu, 17 Januari 2018

Biografi Singkat Dari Bapak Presiden Joko Widodo

Biografi Singkat Dari Bapak Presiden Joko Widodo


Biologindonesia241 - Jokowi yaitu tokoh pemimpin terpuji Walikota Solo serta bertindak memperomosikan Mobil ESEMKA. Ir. Joko Widodo (Jokowi) yaitu walikota Kota Surakarta (Solo) untuk 2 x masa bhakti 2005-2015. Wakil walikotanya yaitu F. X. Hadi Rudyatmo. Jokowi lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Agama Jokowi yaitu Islam. Pada 2012 Jokowi memenangi Pilkada DKI Jakarta serta diputuskan sebagi Gubernur DKI Jakarta. Banyak pihak yakin dengan kemampuan Jokowi serta wakilnya Ahok untuk melakukan perbaikan kota Jakarta yang semerawut.

Jokowi mencapai titel insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada th. 1985. Saat mencalonkan diri jadi walikota Solo, banyak yang menyangsikan kekuatan pria yang berprofesi jadi pedagang furniture rumah serta taman ini ; bahkan juga sampai waktu ia dipilih. Tetapi satu tahun sesudah ia memimpin, banyak dobrakan progresif dikerjakan olehnya. Ia banyak ambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang seringkali ia kunjungi dalam rencana perjalanan bisnisnya.

Dibawah kepemimpinannya, Solo alami perubahan yang cepat. Branding untuk kota Solo dikerjakan dengan menyepakati moto “Solo : The Spirit of Java“. Langkah yang dikerjakannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa : ia dapat merelokasi pedagang barang sisa di Taman Banjarsari nyaris tanpa ada gejolak untuk merevitalisasi peranan lahan hijau terbuka, berikan prasyarat pada investor untuk ingin pikirkan kebutuhan umum, lakukan komunikasi segera teratur serta terbuka (ditayangkan oleh tv lokal) dengan orang-orang. Taman Balekambang, yang terlantar sejak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tidak enggan menolak investor yg tidak sepakat dengan prinsip kepemimpinannya. Jadi tindak lanjut branding ia memajukan Surakarta untuk jadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia serta di terima pada th. 2006. Langkahnya berlanjut dengan kesuksesan Surakarta jadi tuan-rumah Konferensi organisasi itu pada bln. Oktober 2008 ini. Pada th. 2007 Surakarta juga sudah jadi tuan-rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diselenggarakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk jadikan pusat usaha serta perbelanjaan. FMD pada th. 2008 diadakan di komplek Istana Mangkunegaran.

Karena prestasi itu, Jokowi dipilih jadi satu diantara “10 Tokoh 2008” oleh Majalah Tempo.


Asal Nama Julukan Jokowi 

“Jokowi itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis, ” demikian kata Wali Kota Solo, Joko Widodo, waktu di tanya dari tempat mana keluar nama Jokowi. Kata dia, demikian banyak nama dengan nama depan Joko yang jadi exportir furniture kayu. Konsumen dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Maka dari itu, dia selalu dinamakan spesial, ‘Jokowi’. Panggilan itu lalu menempel hingga saat ini. Di kartu nama yang dia beri tertulis, Jokowi, Wali Kota Solo. Terakhir dia mengecek, di Solo yang namanya persis Joko Widodo ada 16 orang.

Sekarang ini, Jokowi menjabat untuk periode ke-2. Kemenangan mutlak didapat waktu penentuan wali kota th. kemarin. Nama Jokowi saat ini bukan sekedar popular, tapi kepribadiannya juga disenangi orang-orang. Paling tidak, saat pergi ke pasar-pasar, beberapa pedagang beramai-ramai menyebutnya, atau sekurang-kurangnya berbisik pada seorang sampingnya, “Eh.. itu Pak Joko. ”

Bagaimana ceritanya hingga dia dapat disayangi orang-orang Solo? Kebijakan apa sajakah yang sudah buat rakyatnya suka? Kenapa juga dia mesti memijak pegawainya? Tersebut wawancara wartawan Republika, Ditto Pappilanda, dengan Jokowi dalam kebersamaannya selama 1/2 hari di seputaran Solo.


Sikap apa yang Anda bawa dalam menggerakkan karir jadi birokrat?
Pada prinsipnya, saya cuma bekerja untuk rakyat. Cuma itu, sederhana. Saya tidak berfikir beberapa macam, wong tidak dapat apa-apa. Ingin dinilai tidak baik, silahkan, ingin dinilai baik, ya silahkan. Saya kan tugasnya cuma bekerja. Tidak ada tekad beberapa macam. Tidak miliki tujuan apa-apa. Bekerja. Demikian saja.

Bener, saya tidak muluk-muluk serta sesungguhnya yang kita lakukan juga kebanyakan orang dapat ngerjain. Cuma, ingin tidak. Miliki kemauan tidak. Itu saja. Tidak usah tinggi-tinggi. Sederhana sekali.

Contoh, lima th. waktu lalu, service KTP kita di kecamatan semrawut. KTP dapat dua minggu, dapat tiga minggu usai. Tak ada saat yang pasti. Tergantung pada yang memohon, satu minggu dapat, dua minggu dapat. Tapi, dengan melakukan perbaikan system, apapun juga akan dapat beralih. Mempersiapkan system, lalu melakukan system itu, serta bila ada yang tidak ingin melakukan system, ya, saya injak.

Awalannya reaksi internal bagaimana?
Ya umum, resistensi satu tahun dimuka, tapi kemudian, ya, umum saja. Semua bila telah umum, ya semua suka. Ya, kita tahu itu problem kue, nyatanya ya dapat juga dikerjakan.

Untuk merubah system sistem KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya copot. Waktu itu, saat rapat dibarengi 51 lurah, ada tiga lurah yang terlihat tidak kemauan. Tidak mungkin saja satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya lurah itu tidak menjabat. Bila saya, gitu saja. Rapat lima camat sekali lagi, ada satu camat, susah pak, karna mesti entri data. Wah ini sama, lah. Ya, telah.

Kenyataannya, sesudah mereka hilang, systemnya dapat jalan. Semua kecamatan saat ini telah seperti bank. Tak ada sekali lagi sekat pada orang-orang serta pegawai, terbuka semuanya. Satu jam juga telah jadi. Rupiah yang perlu dibayar sesuai sama perda, Rp 5. 000.

Anda juga miliki pengalaman menarik dalam perlakuan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang lalu banyak jadi referensi?
Iya. Saat ini banyak beberapa daerah kesini, ingin merubah mindset. Oh nyatanya perlakuan (PKL) dapat tanpa ada berantem. Memanglah tidak gampang. Pengalaman kami saat itu yaitu mengubahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang telah jadikan tempat jualan bahkan rumah sepanjang lebih dari 20 th.. Lokasi itu sebenarnya lokasi elite, tapi karna jadi tempat dagang sekalian rumah, yang tampak yaitu kekumuhan.

Lima th. waktu lalu, mereka saya undang makan disini (ruangan rapat rumah dinas wali kota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan malam. Saya ajak bicara. Hingga 54 kali, saya ajak makan siang, makan malam, begini. Tujuh bln. begini. Pada akhirnya, mereka ingin geser. Tidak usah di-gebukin.

Biodata Joko Widodo 

Nama : Joko Widodo
Tempat Tanggal Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Profil Facebook : jokowi
Account twitter : jokowi_do2
E-mail : jokowi@indo. net. id
Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303
Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004
HP : 0817441111
Pendidikan :

SDN 111 Tirtoyoso Solo
SMPN 1 Solo
SMAN 6 Solo
Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Karier :

Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
Ketua Bagian Pertambangan & Daya Kamar Dagang serta Industri Surakarta (1992-1996)
Ketua Asosiasi Permebelan serta Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan :

Joko Widodo dipilih jadi satu diantara “10 Tokoh 2008”
Jadi walikota paling baik th. 2009
Pak Joko Widodo jg mencapai penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan serta kemampuan beliau sepanjang membuat serta memimpin kota Solo.
Kampus Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award
Diluar itu, karena kepemimpinan beliau (serta pastinya semuanya pihak yg menolong), kota Solo jg banyak mencapai penghargaan, di antaranya

Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan
Sanitasi serta Pengaturan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
Kota dengan Tata Ruangan Paling baik ke-2 di Indonesia

Jokowi yang mencalonkan diri jadi Gubernur DKI Jakarta pada akhirnya memenangi Pilkada DKI Jakarta dengan lewat sistem pemilu 2 putaran. Pada 15 Oktober 2012, Jokowi dilantik jadi Gunernur DKI Jakarta. Selamat atas terpilihnya beliau serta mudah-mudahan amanah dapat digerakkan dengan baik untuk kesejahteraan juta-an rakyat Jakarta.

Minggu, 14 Januari 2018

Biografi Tentang Presiden Indonesia Ke 3 : BJ. Habibie

Biografi Tentang Presiden Indonesia Ke 3 : BJ. Habibie


Biologindonesia241 - Presiden ke-3 Republik Indonesia yang umum di panggil B. J. Habibie ; lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah anak ke-4 dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie serta RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yakni Ilham Akbar serta Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilewati dengan saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berdasar pada prinsip sudah diperlihatkan Habibie mulai sejak kanak-kanak. Habibie yang miliki kesukaan menunggang kuda ini, mesti kehilangan bapaknya yang wafat dunia pada 3 September 1950 karna terserang serangan jantung. Tidak lama sesudah bapaknya wafat, Habibie geser ke Bandung untuk menuntut pengetahuan di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai terlihat menonjol prestasinya, terlebih dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie jadi sosok favorite di sekolahnya.

Sesudah tamat SMA di bandung th. 1954, beliau masuk Kampus Indonesia di Bandung (Saat ini ITB). Beliau memperoleh titel Diploma dari Technische Hochschule, Jerman th. 1960 yang lalu memperoleh gekar Doktor dari tempat yang sama th. 1965. Habibie menikah th. 1962, serta dikaruniai dua orang anak. Th. 1967, jadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Tehnologi Bandung.

Beberapa langkah Habibie banyak dikagumi, penuh pro-kontra, banyak pengagum tetapi tidak sedikit juga yang tidak sama pendapat dengannya. Setiap saat, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau senantiasa jadi berita. Habibie cuma satu tahun kuliah di ITB Bandung, 10 th. kuliah sampai mencapai titel doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lantas bekerja di industri pesawat terbang terpenting MBB Gmbh Jerman, sebelumnya penuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali pada Indonesia.

Di Indonesia, Habibie 20 th. menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, diambil MPR jadi Wakil Presiden RI, serta disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung jadi Presiden RI menukar Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu pada Habibie berdasar pada Pasal 8 UUD 1945. Hingga pada akhirnya Habibie dipaksa juga lengser karena refrendum Timor Timur yang pilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya tidak diterima MPR RI. Beliau juga kembali jadi warga negara umum, kembali juga pindah menetap ke Jerman.

Sabtu, 13 Januari 2018

Membahas Biografi Kyai Haji Abdurrahman Wahid

Membahas Biografi Kyai Haji Abdurrahman Wahid



Biologindonesia241 - Kyai Haji Abdurrahman Wahid umum di panggil Gus Dur, yaitu putra pertama dari enam bersaudara, dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Gus Dur yaitu keturunan ‘darah biru’. Ayahnya, KH Wahid Hasyim yaitu putra KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU serta pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Hj Sholehah yaitu putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syansuri. Kakek dari pihak ibunya ini adalah tokoh NU, sebagai Rais ‘Aam PBNU sesudah KH Abdul Wahab Hasbullah.

Pada 1949, saat clash dengan pemerintahan Belanda selesai, ayahnya diangkat jadi Menteri Agama pertama, hingga keluarga Wahid Hasyim geser ke Jakarta. Tamu-tamu, terdiri beberapa tokoh yang terlebih dulu umum didapati dirumah kakeknya, selalu berlanjut saat ayahnya jadi menteri agama. Hal semacam ini memberi pengalaman sendiri untuk Gus Dur. Ia mulai berteman dengan dunia politik yang didengar dari beberapa kolega ayahnya. Mulai sejak kanak-kanak, ibunya sudah diikuti beragam isyarat kalau Gus Dur juga akan alami garis hidup yang berlainan serta mempunyai kesadaran penuh juga akan tanggung jawab pada NU. Pada April 1953, Gus Dur pergi dengan ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk resmikan madrasah. Di satu tempat di selama pegunungan pada Cimahi-Bandung, mobilnya alami kecelakaan. Gus Dur dapat diselamatkan, namun ayahnya wafat. Kematian ayahnya membawa dampak sendiri dalam kehidupannya. Dalam kesehariannya, Gus Dur miliki kesukaan membaca serta rajin memakai perpustakaan pribadi ayahnya. Ia juga aktif bertandang ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada umur belasan th. Gus Dur sudah akrab dengan beragam majalah, surat berita, novel serta buku-buku serius. Karya-karya yang di baca bukan sekedar narasi, intinya narasi silat serta fiksi, namun wacana mengenai filsafat serta dokumen-dokumen luar negeri. Ia juga suka bermain bola, catur, serta musik. Kesukaan beda yaitu nonton bioskop. Kegemarannya ini menyebabkan animo mendalam dalam dunia film. Berikut penyebabnya kenapa Gu Dur pada 1986-1987 diangkat jadi ketua juri Festival Film Indonesia. Masa remaja Gus Dur beberapa besar di habiskan di Jogjakarta serta Tegalrejo. Di dua tempat ini pengembangan pengetahuan pengetahuannya mulai bertambah. Masa selanjutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, hingga lalu meneruskan studi di Mesir. Sebelumnya pergi ke Mesir, pamannya sudah melamarkan seseorang gadis untuk dia, yakni Sinta Nuriyah anak H Muh Sakur. Perkawinannya dikerjakan saat ia ada di Mesir.

Musik Classic Gus Dur 


Pertama kalinya belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, KH Hasyim Asy’ari. Waktu serumah dengan kakek, ia diajari mengaji serta membaca Al Qur’an. Dalam umur lima th. ia sudah lancar membaca Al Qur’an. Ketika ayahnya geser Jakarta, di samping belajar resmi di sekolah, Gus Dur les privat Bhs Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seseorang Jerman yang sudah masuk Islam serta ganti namanya dengan Iskandar. Untuk menaikkan pelajaran Bhs Belanda, Buhl senantiasa menghidangkan dengan musik classic. Berikut pertama kalinya persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat serta dari sini juga Gus Dur mulai tertarik serta menyukai musik classic. Mendekati lulus SD, Gus Dur memenangi lomba karya catat (mengarang) se-Jakarta. Karena itu lumrah bila pada saat lalu banyak tulisan Gus Dur menghiasai beragam mass media. Sesudah lulus SD, Gus Dur di kirim orang tuanya belajar di Jogjakarta. Pada 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sembari mondok di Pesantren Krapyak. Sekolah ini walau dikelola Gereja Katolik Roma, namun seutuhnya memakai kurikulum sekuler. Di sekolah ini juga pertama Gus Dur belajar Bhs Inggris. Gus Dur lantas minta geser ke kota serta tinggal dirumah H Junaidi, pimpinan lokal Muhammadiyah serta orang yang punya pengaruh di SMEP. Aktivitas rutinnya, sesudah salat subuh, mengaji pada KH Ma’sum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, serta malamnya turut berdiskusi dengan H Junaidi serta anggota Muhammadiyah yang lain. Saat jadi siswa SMEP, Gus Dur didorong oleh gurunya untuk kuasai Bhs Inggris, hingga kurun waktu satu-dua th. Gus Dur menggunakan sebagian buku berbahasa Inggris. Diantara buku-buku yang dibacanya yaitu karya Ernest Hemingway, John Steinbach, serta William Faulkner. Ia juga membaca sebagian karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y Gasset, serta sebagian karya penulis Rusia, seperti Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky serta Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis sebagian karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of Civilazation’. Gus Dur juga aktif dengarkan tayangan radio Voice of America serta BBC London. Saat ketahui kalau Gus Dur pintar berbahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang anggota Partai Komunis- berikan buku karya Lenin ‘What is To Be Done’. Ketika yang sama, anak yang masuk masa remaja ini sudah mengetahui Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato, Thales, dsb. Setamat SMEP, Gus Dur meneruskan belajar di Pesantren Tegalrejo Magelang. Pesantren ini diasuh KH Chudhari, kiai yang mengenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi. Dibawah tuntunan kiai ini juga, Gus Dur membuat ziarah ke makam-makam beberapa wali di Jawa. Menggunakan dua th. di pesantren Tegalrejo, Gus Dur lantas kembali pada Jombang serta tinggal di Pesantren Tambak Beras. Waktu itu usianya mendekati 20 th., hingga di pesantren punya pamannya, KH Abdul Fatah, ia jadi seseorang ustadz, serta jadi ketua keamanan. Pada umur 22 th., Gus Dur ke tanah suci untuk menunaikan beribadah haji, lalu ke Mesir meneruskan studi di Kampus Al Azhar.

Pada 1966 Gus Dur geser ke Irak. Ia masuk Departement of Religion di Kampus Bagdad hingga 1970. Diluar universitas, Gus Dur rajin berkunjung ke makam-makam beberapa wali, termasuk juga makam Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menekuni ajaran Imam Junaid Al-Baghdadi, pendiri aliran tasawuf yang dibarengi jemaah NU. Di sinilah Gus Dur temukan sumber spiritualitasnya. Dari Baghdad, Gus Dur menginginkan meneruskan studi ke Eropa. Namun karna kriteria ketat, intinya dalam bhs, –misalnya untuk masuk kajian classic di Kohln mesti kuasai bhs Hebraw, Yunani atau Latin di samping bhs Jerman–, tidak bisa dipenuhinya, pada akhirnya yang dikerjakan yaitu jadi pelajar keliling dari satu kampus ke kampus yang lain. Selanjutnya Gus Dur tinggal di Belanda sepanjang enam bln. serta membangun Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia serta Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk cost hidup di rantau, 2 x satu bulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja jadi pembersih kapal tanker.

Perjalanan Karier Gus Dur 

Sepulang dari pengembaraan mencari pengetahuan, Gus Dur kembali pada Jombang, pilih jadi guru. Pada 1971 ia gabung di Fakultas Ushuludin Kampus Tebu Ireng Jombang. Tiga th. lalu jadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, serta pada th. sama Gus Dur mulai tekuni sebagaii kolumnis. Pada 1974 Gus Dur disuruh pamannya, KH Yusuf Hasyim menolong di Pesantren Tebu Ireng dengan jadi sekretaris. Gus Dur mulai seringkali memperoleh undangan jadi nara sumber pada beberapa komunitas diskusi, baik didalam ataupun luar negeri. Setelah itu Gus Dur ikut serta aktivitas LSM. Pertama di LP3ES dengan Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, serta Adi Sasono dalam project pengembangan pesantren, lalu Gus Dur membangun P3M yang dimotori LP3ES. Pada 1979 Gus Dur geser ke Jakarta. Awal mula ia meniti Pesantren Ciganjur. Pada awal 1980 Gus Dur diakui jadi wakil katib syuriah PBNU. Disini Gus Dur ikut serta diskusi serta perbincangan serius tentang problem agama, sosial serta politik dengan beragam kelompok lintas agama, suku serta disiplin pengetahuan. Karir yang dipandang ‘menyimpang’ -dalam kemampuannya jadi seseorang tokoh agama sekalian pengurus PBNU yaitu saat jadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1983. Ia juga jadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1986, 1987. Pada 1984 Gus Dur diambil dengan aklamasi oleh tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai KH As’ad Syamsul Arifin untuk menempati jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 NU di Situbondo. Jabatan itu kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Jogjakarta (1989), serta muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU lalu dilepaskan saat Gus Dur menjabat presiden ke-4 RI. Walau telah jadi presiden, kenylenehan Gus Dur tidak hilang. Gus Dur jadi Presiden sedang Megawati Soekarnoputri jadi wapres. Catatan karir Gus Dur yang pantas juga dicatat yaitu waktu jadi ketua Komunitas Demokrasi (1991-1999), dengan beberapa anggota terdiri beragam kelompok, terutama nasionalis serta non muslim. Dari perjalanannya itu memberi deskripsi begitu kompleks serta rumitnya perjalanan Abdurrahman Wahid, berjumpa dengan beragam jenis orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kebutuhan, strata sosial serta pemikiran yang berlainan. wikipedia/beragam sumber

Jejak Penghargaan Gus Dur 



  • Tokoh 1990, Majalah Editor, th. 1990
  • Ramon Magsaysay Award for Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina, th. 1991
  • Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, th. 1991
  • Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, th. 1994
  • Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), th. 1998
  • Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the University of Twente, th. 2000
  • Titel Doktor Kehormatan dari Kampus Jawaharlal Nehru, th. 2000
  • Doctor Honoris Causa dalam bagian Philosophy In Law dari Kampus Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000
  • Doctor Honoris Causa dari Kampus Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada bagian pengetahuan hukum serta politik, pengetahuan ekonomi serta manajemen, serta pengetahuan humaniora, th. 2000
  • Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari Columbia University, September 2000
  • Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of Technology, Thailand, th. 2000
  • Ambassador for Peace, satu diantara tubuh PBB, th. 2001
  • Doctor Honoris Causa dari Kampus Sokka, Jepang, th. 2002
  • Doctor Honoris Causa bagian hukum dari Konkuk University, Seoul Korea Selatan, 21 Maret 2003.

Jumat, 12 Januari 2018

Biografi Supriyadi Pahlawan Pembela Tanah Air (PETA)

Biografi Supriyadi Pahlawan Pembela Tanah Air (PETA)



Biologindonesia241 - Supriyadi kecil yaitu seseorang yang memperoleh evaluasi nilai-nilai kepahlawanan dari kakek tirinya lewat media wayang. Lewat budaya wayang itu mulai tertanam jiwa patriotik cinta tanah air. Putra kelahiran Trenggalek, 13 April 1923 ini mulai perjuangan bela tanah air dengan masuk tentara pribumi atau yang dulu di kenal dengan PETA (Pembela Tanah Air). Mengenai histori biografi Supriyadi juga akan dibahas lebih mendalam seperti berikut.

Supriyadi yang bernama kecil Priyambodo ini termasuk juga seseorang pribumi yang kaya hingga mempunyai peluang mengenyam pendidikan di bangku sekolah resmi. Biografi Supriyadi diawali dari pendidikan yang Ia enyam di ELS (satu tingkat Sekolah Basic) lalu dilanjutkan ke MULO (satu tingkat Sekolah Kelanjutan Tingkat Pertama). Sesudah tamat MULO Ia meneruskan Sekolah Pamongpraja di Magelang. Saat tentara Jepang di Indonesia ia belum juga pernah merampungkan sekolah Pamongpraja lalu berpindah masuk Sekolah Menengah Tinggi serta ikuti latihan pemuda Seimendoyo di Tangerang.

berlanjut pada saat penggabungan dianya didalam PETA (Pembela Tanah Air) bentukan Jepang bln. Oktober 1943. Awal mulanya PETA dibuat jadi satu pasukan strategis Pribumi bentukan Jepang untuk mensupport ia pada perang Asia Pasifik serta mensupport kebutuhan Jepang. Hal semacam ini lalu digunakan oleh tokoh Nasional untuk menanamkan jiwa cinta kebangsaan Indonesia beberapa pemuda pribumi. Supriyadi juga termasuk juga anggota PETA yang lalu diangkat jadi Sudhanco di Blitar. Jadi Sudhanco ia bertugas mengawasi pekerjaan Romusha. Romusha berusaha keras, tetapi tingkat kesejahteraan (makanan, kesehatan) hidupnya begitu memprihatinkan. Seringkali mereka diperlakukan kasar oleh pihak Jepang.

Biografi Supriyadi jadi menarik, karna jadi anak muda, Ia tidak gentar untuk membela golongan tertindas Romusha walau dengan terbatasnya pasukan serta alat perang. Supriyadi mulai terbersit untuk lakukan perlawanan pada pihak Jepang karna tidak tahan lihat kesewenang-wenangan Jepang pada bangsanya, dalam hal semacam ini beberapa Romusha. Kiat perlawanan mulai disusun Supriyadi dengan rekan-rekan PETA nya. Perlawanan ini juga pernah dikonsultasikannya pada Bung Karno saat bertandang di Blitar untuk berjumpa dengan bapak Supriyadi. Hal semacam ini juga di dukung Bung Karno dengan nasehat untuk menguatkan pasukan.

Puncak perlawanan berlangsung pada tanggal 14 Februari 1945 awal hari di Daidan Blitar. Jepang begitu terperanjat dengan tindakan pemberontakan itu serta pada akhirnya mengerahkan pasukan besar untuk menumpas pasukan PETA. Pasukan PETA selesai dengan penangkapan serta pembujukan tokoh PETA. Tokoh-tokoh yang berhasil di tangkap lalu diadili di Mahkamah Militer Jepang. Enam orang dijatuhi hukuman mati, tiga orang hukuman seumur hidup, serta yang beda memperoleh hukuman beragam dari mulai 3 sampai 15 th. penjara. Nama Supriyadi tidak termasuk juga didalam orang yang terserang sangsi. Bahkan juga saat juga akan dilantik serta diangkat jadi Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet RI pertama pada 6 Oktober 1945 Supriyadi tidak ada. Disangka Supriyadi tewas terbunuh pada momen perlawanan PETA di Blitar.

Kamis, 11 Januari 2018

Biografi Seputar Ki Hajar Dewantara

Biografi Seputar Ki Hajar Dewantara



Biologindonesia241 - Tokoh di bawah ini di kenal jadi pelopor pendidikan untuk orang-orang pribumi di Indonesia saat tetap dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Tentang profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lalu kita kenal jadi Ki Hadjar Dewantara. Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya lalu diperingati tiap-tiap th. oleh Bangsa Indonesia jadi Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia adalah anak dari GPH Soerjaningrat, yang disebut cucu dari Pakualam III. Terlahir jadi bangsawan jadi beliau memiliki hak peroleh pendidikan untuk beberapa golongan bangsawan.

Mulai Bersekolah serta Jadi Wartawan 

Ia pertama kalinya bersekolah di ELS yakni Sekolah Basic untuk anak-anak Eropa/Belanda dan golongan bangsawan. Selepas dari ELS ia lalu meneruskan pendidikannya di STOVIA yakni sekolah yang di buat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada saat kolonial Hindia Belanda, yang saat ini di kenal jadi fakultas kedokteran Kampus Indonesia. Walau bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidaklah sampai tamat sebab ia menanggung derita sakit saat itu.

Ki Hadjar Dewantara relatif lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal semacam ini dibuktikan dengan bekerja jadi wartawan dibeberapa surat berita pada saat itu, diantaranya, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, serta Poesara. Style penulisan Ki Hadjar Dewantara juga relatif tajam mencerminkan semangat anti kolonial. Seperti yang ia tuliskan di bawah ini dalam surat berita De Expres pimpinan Douwes Dekker :
.. Seumpamanya saya seseorang Belanda, saya akan tidak mengadakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang sudah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan fikiran itu, bukanlah saja tidak adil, namun juga tidak layak untuk menyuruh si inlander memberi sumbangan untuk dana perayaan itu. Inspirasi untuk menyelenggaraan perayaan itu saja telah mengejek mereka, serta saat ini kita keruk juga kantongnya. Mari lanjutkan saja penghinaan lahir serta batin itu! Bila saya seseorang Belanda, hal yang terlebih menyinggung perasaanku serta kawan-kawan sebangsaku adalah fakta kalau inlander diwajibkan turut mengongkosi satu aktivitas yang tak ada kebutuhan sedikit juga baginya.
Tulisan itu lalu menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda saat itu yang menyebabkan Ki Hadjar Dewantara di tangkap serta lalu ia diasingkan ke pulau Bangka di mana pengasingannya atas permintaannya sendiri. Pengasingan itu juga memperoleh memprotes dari beberapa rekanan organisasinya yakni Douwes Dekker serta Dr. Tjipto Mangunkusumo yang saat ini ketiganya di kenal jadi 'Tiga Serangkai'. Ketiganya lalu diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.

Masuk Organisasi Budi Utomo 

Berdirinya organisasi Budi Utomo jadi organisasi sosial serta politik lalu mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk gabung didalamnya, Di Budi Utomo ia bertindak jadi propaganda dalam menyadarkan orang-orang pribumi mengenai perlunya semangat kebersamaan serta persatuan jadi bangsa Indonesia. Timbulnya Douwes Dekker yang lalu mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk membangun organisasi yang bernama Indische Partij yang populer.

Di pengasingannya di Belanda lalu Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yakni golongan pribumi. ia berhasil memperoleh ijazah pendidikan yang di kenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda. Ijazah berikut yang menolong beliau untuk membangun bebrapa instansi pendidikan yang juga akan ia buat di Indonesia. Di Belanda juga ia peroleh dampak dalam meningkatkan system pendidikannya sendiri.

Pada th. 1913, Ki Hadjar Dewantara lalu mempersunting seseorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang disebut putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya dengan R. A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara lalu dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti serta Ki Subroto Haryomataram. Sepanjang di pengasingannya, istrinya senantiasa mengikuti serta menolong semua aktivitas suaminya terlebih dalam soal pendidikan.


Kembali Ke Indonesia serta Membangun Taman Siswa 

Lalu pada th. 1919, ia kembali pada Indonesia serta segera gabung jadi guru di sekolah yang dibangun oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah itu lalu digunakannya untuk buat satu rencana baru tentang cara pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah itu bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang lalu kita kenal jadi Taman Siswa.

Di usianya yang menanjak usia 40 th., tokoh yang di kenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi merubah namanya jadi Ki Hadjar Dewantara, hal semacam ini ia maksudkan supaya ia bisa dekat dengan rakyat pribumi saat itu.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara 

Ia juga buat semboyan yang populer yang hingga saat ini digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia yakni :

Ing ngarso sung tulodo (dimuka berikan contoh). 
Ing madyo mangun karso, (di dalam berikan semangat). 
Tut Wuri Handayani, (di belakang berikan dorongan). 
Penghargaan Pemerintah Pada Ki Hadjar Dewantara 
Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada th. 1945, Ki Hadjar Dewantara lalu diangkat oleh Presiden Soekarno jadi Menteri pengajaran Indonesia yang saat ini di kenal dengan nama Menteri Pendidikan. Karena jaa-jasanya, ia lalu dianugerahi Doktor Kehormatan dari Kampus Gadjah Mada. 

Diluar itu ia juga dianugerahi titel jadi Ayah Pendidikan Nasional dan jadi Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno saat itu atas jasa-jasanya dalam meniti pendidikan bangsa Indonesia. Diluar itu, pemerintah juga mengambil keputusan tanggal kelahiran beliau yaitu tanggal 2 Mei diperingati tiap-tiap th. jadi Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta serta dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Muka beliau diabadikan pemerintah dalam uang pecahan sebesar 20. 000 rupiah.

Rabu, 10 Januari 2018

Biografi Tentang Mohammad Hatta

Biografi Tentang Mohammad Hatta




Biologindonesia241 - Siapa yg tidak mengetahui satu diantara pahlawan atau tokoh Proklamator Indonesia ini dengan Presiden Soekarno. Begitu bersahaja serta simpel sampai akhir hayatnya ini tersebut sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah berikut Bung Hatta di besarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, wafat saat Hatta berumur delapan bln.. Dari ibunya, Hatta mempunyai enam saudara wanita. Ia yaitu anak lelaki hanya satu. Mulai sejak duduk di MULO di kota Padang, ia sudah tertarik pada gerakan. Mulai sejak th. 1916, muncul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. serta Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. 

Jadi bendahara Jong Sumatranen Bond, ia mengerti perlunya makna keuangan untuk hidupnya perkumpulan. Namun sumber keuangan baik dari iuran anggota ataupun dari sumbangan luar cuma mungkin saja lancar bila beberapa anggotanya memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin. Rasa tanggung jawab serta disiplin setelah itu jadi keunikan sifat-sifat Mohammad Hatta. 

Masa Studi di Negeri Belanda 

Pada th. 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar jadi anggota Indische Vereniging. Th. 1922, perkumpulan ini bertukar nama jadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menampik bekerja bersama dengan Belanda itu lalu bertukar nama sekali lagi jadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta juga mengupayakan supaya majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit dengan teratur jadi basic pengikat antaranggota. Pada th. 1924 majalah ini bertukar nama jadi Indonesia Merdeka. Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada th. 1923. Awal mulanya dia punya maksud meniti ujian doctoral di bagian pengetahuan ekonomi pada akhir th. 1925. Karenanya pada th. 1924 dia non-aktif dalam PI. Namun saat itu di buka jurusan baru, yakni hukum negara serta hukum administratif. Hatta juga masuk jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bagian politik. 

Perpanjangan gagasan studinya itu sangat mungkin Hatta dipilih jadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada saat itu, ia mengatakan pidato inaugurasi yang berjudul " Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen " --Struktur Ekonomi Dunia serta Pertentangan kekuasaan. Dia coba mengkaji susunan ekonomi dunia serta berdasar pada itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif. Mulai sejak th. 1926 hingga 1930, berturut-turut Hatta diambil jadi Ketua PI. Dibawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa umum jadi organisasi politik yang memengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Hingga pada akhirnya disadari oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI jadi pos depan dari gerakan nasional yang ada di Eropa. PI lakukan propaganda aktif diluar negeri Belanda. Nyaris tiap-tiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, serta terima perkumpulan ini. Sepanjang itu, nyaris senantiasa Hatta sendiri yang memimpin delegasi. 

Pada th. 1926, dengan maksud mengenalkan nama " Indonesia ", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa ada banyak oposisi, " Indonesia " dengan resmi disadari oleh kongres. Nama " Indonesia " untuk mengatakan lokasi Hindia Belanda saat itu sudah betul-betul di kenal kelompok organisasi-organisasi internasional. Hatta serta gerakan nasional Indonesia memperoleh pengalaman perlu di Liga Menentang Imperialisme serta Penindasan Kolonial, satu kongres internasional yang diselenggarakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berteman dengan pemimpin-pemimpin gerakan buruh seperti G. Ledebour serta Edo Fimmen, dan tokoh-tokoh yang lalu jadi negarawan-negarawan di Asia serta Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), serta Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis mulai sejak waktu itu. 

Pada th. 1927 itu juga, Hatta serta Nehru diundang untuk memberi ceramah untuk " Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian serta Kebebasan " di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia serta Masalah Kemerdekaan). Dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, serta Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara sepanjang lima 1/2 bln.. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari semua tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta menyampaikan pidato pembelaan yang menarik, yang lalu diterbitkan jadi brosur dengan nama " Indonesia Vrij ", serta lalu ditranslate kedalam Bhs Indonesia jadi buku dengan judul Indonesia Merdeka. Pada th. 1930-1931, Hatta memusatkan diri pada studinya dan penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat serta terkadang De Socialist. Ia berencana untuk akhiri studinya pada pertengahan th. 1932. 

Kembali pada Tanah Air 

Pada bln. Juli 1932, Hatta berhasil merampungkan studinya di Negeri Belanda serta satu bulan lalu ia tiba di Jakarta. Pada akhir th. 1932 serta 1933, aktivitas paling utama Hatta yaitu menulis beragam artikel politik serta ekonomi untuk Daulat Ra’jat serta lakukan beragam aktivitas politik, terlebih pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi senantiasa diutamakan pada kader-kadernya. Reaksi Hatta yang keras pada sikap Soekarno berkenaan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang selesai dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, tampak pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul " Soekarno Ditahan " (10 Agustus 1933), " Tragedi Soekarno " (30 Nopember 1933), serta " Sikap Pemimpin " (10 Desember 1933). 

Pada bln. Pebruari 1934, sesudah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Beberapa pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan serta lalu dibuang ke Boven Digoel. Semuanya sejumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta yaitu Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, serta Bondan. Dari kantor Bandung : Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, serta Murwoto. Sebelumnya ke Digoel, mereka dipenjara sepanjang nyaris satu tahun di penjara Glodok serta Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi serta Kapitalisme”. 

Masa Pembuangan 

Pada bln. Januari 1935, Hatta serta kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan disana, Kapten van Langen, tawarkan dua pilihan : bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan gaji 40 sen satu hari dengan keinginan kelak juga akan di kirim pulang ke daerah asal, atau jadi buangan dengan terima bahan makanan in natura, dengan tidak ada keinginan juga akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, apabila dia ingin bekerja untuk pemerintah kolonial saat dia masih tetap di Jakarta, tentu sudah jadi orang besar dengan upah besar juga. Jadi tidak perlulah dia ke Tanah Merah untuk jadi kuli dengan upah 40 sen satu hari. 

Dalam pembuangan, Hatta dengan teratur menulis artikel-artikel untuk surat berita Panorama. Honorariumnya cukup untuk cost hidup di Tanah Merah serta dia dapatlah menolong kawan-kawannya. Tempat tinggalnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang spesial dibawa dari Jakarta sejumlah 16 peti. Dengan hal tersebut, Hatta memiliki cukup banyak bahan untuk memberi pelajaran pada kawan-kawannya di pembuangan tentang pengetahuan ekonomi, histori, serta filsafat. Himpunan beberapa bahan pelajaran itu di masa datang dibukukan dengan judul-judul diantaranya, " Pengantar ke Jalan llmu serta Pengetahuan " serta " Alam Fikiran Yunani. " (empat jilid). 

Pada bln. Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahu kalau tempat pembuangan Hatta serta Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya pergi ke Bandaneira. Mereka berjumpa Dr. Tjipto Mangunkusumo serta Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta serta Sjahrir bisa bergaul bebas dengan masyarakat setempat serta berikan pelajaran pada anak-anak setempat dalam bagian histori, tatabuku, politik, serta lain-Iain. 

Berikut adalah Biodata dari Mohammad Hatta :
  • Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta) 
  • Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902 
  • Meninggal dunia : Jakarta, 14 Maret 1980 
  • Istri : (Alm.) Rahmi Rachim 
  • Anak : 
  • Meutia Farida 
  • Gemala 
  • Halida Nuriah 
  • Titel Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI th. 1986 

Pendidikan : 
  • Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916) 
  • Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919) 
  • Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921) 
  • Titel Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932) 
  • Karier : 
  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919) 
  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921) 
  • Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930) 
  • Wakil delegasi Indonesia dalam pergerakan Liga Melawan Imperialisme serta Penjajahan, Berlin (1927-1931) 
  • Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935) 
  • Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942) 
  • Anggota Tubuh Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945) 
  • Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945) 
  • Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945) 
  • Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945) 
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri serta Menteri Pertahanan (Januari 1948 - Desember 1949) 
  • Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag serta terima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949) 
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri serta Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 - Agustus 1950) 
  • Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961) 
  • Dosen di Kampus Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959) 
  • Penasihat Presiden serta Penasihat Komisi IV mengenai problem korupsi (1969) 
  • Ketua Panitia Lima yang bertugas memberi perumusan penafsiran tentang Pancasila (1975) 

Selasa, 09 Januari 2018

Biografi Tentang Bapak Proklamasi Ir. Soekarno

Biografi Tentang Bapak Proklamasi Ir. Soekarno


Biologindonesia241 - Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia yang umum di panggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 serta wafat di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo serta ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau memiliki tiga istri serta dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati memiliki anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati serta Guruh. Dari istri Hartini memiliki Taufan serta Bayu, sedang dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto memiliki anak Kartika.

Biografi Presiden Soekarno dari Biografi Indonesia 


Saat dilahirkan, Soekarno diberi nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Tetapi karna ia seringkali sakit jadi saat berusia lima th. namanya dirubah jadi Soekarno oleh ayahnya. Nama itu di ambil dari seseorang panglima perang dalam cerita Bharata Yudha yakni Karna. Nama “Karna” jadi “Karno” karna dalam bhs Jawa huruf “a” beralih jadi “o” sedang awalan “su” mempunyai makna “baik”.

Di masa datang saat jadi Presiden R. I., ejaan nama Soekarno ditukar olehnya sendiri jadi Sukarno karna menurut dia nama itu memakai ejaan penjajah. Ia tetaplah memakai nama Soekarno dalam sinyal tangannya karna sinyal tangan itu yaitu sinyal tangan yang terdaftar dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yg tidak bisa dirubah. Sebutan akrab untuk Soekarno yaitu Bung Karno.

Sesudah lewat perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno serta Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan ide mengenai basic negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno serta Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno dipilih dengan aklamasi jadi Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Terlebih dulu, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang lalu jadi basic (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berusaha mempersatukan nusantara. Bahkan juga Soekarno berupaya mengumpulkan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, serta Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang lalu berkembang jadi Pergerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang mengakibatkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Demikian sebaliknya MPR mengangkat Soeharto jadi Petinggi Presiden. Kesehatannya selalu lebih buruk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia wafat dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta serta dimakamkan di Blitar, Jawa timur di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya jadi “Pahlawan Proklamasi”.

PRESTASI SOEKARNO 

01 juni 1945 Soekarno mengemukakan visi mengenai falsafah serta basic Negara yang lalu di kenal jadi hari lahir pancasila. Pada tanggal 18-25 april 1955 Soekarno membawa Indonesia berhasil mengadakan Konferesi Asia Afrika di Bandung. 05 juli 1959 Soekarno keluarkan dekrit yang menyebutkan berlakunya kembali UUD 1945. 30 september 1960 Soekarno mengingatkan pembebasan Irian Barat serta direalisasikan dengan Trikora. 14 Januari 1999 memperoleh sinyal penghargaan lencana pekerjaan kencana, beberapa dari sederet titel lainnya, termasuk juga 27 titel doktor kehormatan.

Sabtu, 06 Januari 2018

Biografi Seputar Ibu Fatmawati Soekarno

Biografi Seputar Ibu Fatmawati Soekarno



Biolog Indonesia - Siapa yg tidak mengetahui Fatmawati Soekarno, beliau adalah Ibu Negara Pertama dari Presiden Pertama Indonesia yakni Presiden Soekarno serta dikenal juga jadi penjahit bendera pusaka yang dikibarkan ketika proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Fatmawati Soekarno lahir pada hari Senin, 5 Pebruari 1923 Jam 12. 00 Siang di Kota Bengkulu, jadi putri tunggal keluarga H. Hassan Din serta Siti Chadidjah. Masa kecil Fatmawati penuh tantangan serta kesusahan, karena system kolonialisme yang digerakkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ayahandanya, Hassan Din awal mulanya yaitu pegawai perusahaan Belanda, Bersomij di Bengkulu. Namun karna tidak ingin meninggalkan aktivitasnya jadi anggota Muhammadiyah, ia lalu keluar dari perusahaan itu. Kemudian, Hassan Din seringkali bertukar usaha serta beralih ke beberapa kota di lokasi Sumatera Sisi Selatan. 

Sedikit di ketahui orang kalau sesungguhnya Fatmawati adalah keturunan dari Kerajaan Indrapura Mukomuko. Sang bapak Hassan Din yaitu keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur. Putri Bunga Melur apabila disimpulkan yaitu putri yang cantik, simpel, bijaksana. Tidak heran apabila Fatmawati memiliki sifat bijaksana serta mengayomi. Hubungan cinta pada Bung Karno serta Fatmawti awal mulanya memerlukan perjuangan yang begitu berat. Untuk peroleh Fatmawati yang demikian disayanginya Bung Karno dengan perasaan yang begitu berat sangat terpaksa mesti merelakan kepergian Bu Inggit, sosok wanita yang demikian tegar serta tulusnya mengikuti Bung Karno dalam perjuangan menjangkau Indonesia Merdeka. Pahit getir jadi orang buangan (tahanan Belanda) seringkali dilewati Bung Karno dengan Bu Inggit. Tetapi histori berkata beda. Perjalanan saat berkehendak beda, hadirnya Fatmawati di antara Bung Karno serta Bu Inggit sudah mengubah semuanya. 

Pada th. 1943 Bung Karno menikah dengan Fatmawati, serta oleh karna Fatmawati masih tetap ada di Bengkulu, sesaat Bung Karno repot dengan aktivitasnya di Jakarta jadi pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera), pernikahan itu dikerjakan dengan wakil salah seseorang kerabat Bung Karno, Opseter Sardjono. Pada 1 Juni 1943, Fatmawati dengan diantar orang tuanya pergi ke Jakarta, melalaui jalan darat, mulai sejak itu Fatmawati mengikuti Bung Karno dalam perjuangan menjangkau kemerdekaan Indonesia. Perjalanan sepasang merpati penuh cinta ini, pada akhirnya dikaruniai lima orang putra-putri : Guntur, Mega, Rachma, Sukma, serta Guruh. Belum juga genap mereka mengarungi bahtera rumah tangga, Sukarno tidak kuasa menahan gejolak cintanya pada wanita beda bernama Hartini. Berikut satu diantara pangkal sebab terjadinya perpisahan yang dramatis pada Sukarno serta Fatmawati. 

Hari Jumat di bln. Ramadhan, jam 05. 00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur saat, embun pagi masih tetap menggelantung di tepian daun, beberapa pemimpin bangsa serta beberapa tokoh pemuda keluar dari tempat tinggal Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan sesudah merumuskan teks Proklamasi sampai dinihari. Mereka, sudah setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu dirumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada jam 10. 00 pagi. Pas jam 10. 00, dengan nada mantap serta terang, Soekarno membacakan teks proklamasi, pekik Merdeka juga bergema dimana-mana serta pada akhirnya dapat menyampaikan kabar Kemerdekaan Indonesia ke semua dunia. 

Bila ada yang ajukan pertanyaan, apa peranan wanita mendekati detik-detik proklamasi kemerdekaan? Pasti kita juga akan teringat dengan sosok Fatmawati, istri Bung Karno. Dialah yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Kemudian, ada seseorang pemudi Trimurti yang membawa nampan serta menyerahkan bendera pusaka pada Latief Hendraningrat serta Soehoed untuk dikibarkan. Serta, semuanya hadirin mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada hari itu, Ibu Fatmawati turut dalam 

upacara itu serta jadi aktor histori Kemerdekaan Indonesia. 

Satu diantara butir ketentuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 yaitu pilih Bung Karno serta Moh. Hatta jadi Presiden serta Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 1946 pusat pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta karna kondisi Jakarta dirasa semakin tidak aman, menyusul hadirnya tentara NICA yang membonceng kehadiran tentara sekutu. 

Ibu Fatmawai serta Bung Karno tidak sempat rayakan ulang th. perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang th. pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak sempat. Penyebabnya tidak beda karna keduanya tidak sempat ingat kapan menikah. Ini dapat dimaklumi karna waktu berlangsungnya pernikahan, jaman tengah dibalut perang. Waktu itu Perang Dunia II tengah berkecamuk serta Jepang baru datang untuk menjajah Indonesia. 

"Kami tidak pernah merayakan pernikahan perak atau pernikahan emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat." begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.

Kehidupan pernikahan Bung Karno serta Fatmawati memanglah penuh dengan gejolak perjuangan. Dua th. sesudah keduanya menikah, Indonesia menjangkau kemerdekaan. Namun ini belum juga usai, malah waktu itu perjuangan fisik menjangkau puncaknya. Bung Karno tentunya ikut serta dalam tiap-tiap beberapa peristiwa perlu perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yakni Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir ketika Bung Karno telah berumur 42 th.. Selanjutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, serta Guruh. Putra-putri Bung Karno di kenal mempunyai bakat kesenian tinggi. Hal tersebut tidak aneh mengingat Bung Karno yaitu sosok pengagum karya seni, sesaat Ibu Fatmawati begitu pintar menari. 

Di Kota Bengkulu, jadi kota kelahiran Ibu Fatmawati, Pemerintah Daerah bersama semua elemen memberi animo pada Ibu Fatmawati. Jadi bentuk penghargaan serta sekalian untuk kembali kenang Ibu Fatmawati, jadi pada tanggal 14 Nopember 2001, Bandar Udara Padang Kemiling dirubah jadi Bandar Udara Fatmawati. Perubahan nama Bandar udara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri. Perjuangan Ibu Fatmawati sepanjang masa sebelumnya kemerdekaan serta setelah kemerdekaan disadari oleh Pemerintah Pusat, lewat Ketentuan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 Nopember 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, jadi Pemerintah Republik Indonesia memberi titel Pahlawan Nasional pada Ibu Fatmawati. 

Kamis, 04 Januari 2018

Biografi Lengkap Tentang Cut Nyak Dien

Biografi Lengkap Tentang Cut Nyak Dien




Cut Nyak Dhien yaitu seseorang wanita Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada saat Perang Aceh. 

Biodata :

Nama Lengkap : Cut Nyak Dhien 
Tempat Lahir : Lampadang, Kesultanan Aceh 
Th. Lahir : 1848 
Wafat : 6 November 1908. Sumedang, Hindia Belanda 
Agama : Islam 

Kehidupan 

Cut Nyak Dhien lahir pada th. 1848 di Aceh Besar di lokasi VI Mukimm, ia terlahir dari kelompok keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seseorang uleebalang, yang memiliki keturunan dari Datuk Makhudum Sati. 

Datuk Makhudum Sati datang ke Aceh pada era ke 18 saat kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh karenanya, Bapak dari Cut Nyak Dhien adalah keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien yaitu putri uleebalang Lampagar. 

Pada saat kecil Cut Nyak Dhien, Ia peroleh pendidikan agama (yang dididik oleh orangtua maupun guru agama) serta rumah tangga (memasak, melayani suami, serta yang menyangkut kehidupan keseharian yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak lelaki yang menyukai pada Cut Nyak Dhien serta berupaya melamarnya. Pada umur 12 th., ia telah dinikahkan oleh orang tuanya pada th. 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Tetapi pada th. 1878 Teuku Ibrahim Lamnga suami dari Cut Nyak Dhien tewas karna sudah gugur dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878. 

Wafatnya Ibrahim Lamnga buat duka yang mendalam untuk Cut Nyak Dhien. Tidak lama sesudah kematian Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien dipersunting oleh Teuku Umar pada th. 1880. 


Teuku Umar yaitu satu diantara tokoh yang melawan Belanda. Awal mulanya Cut Nyak Dhien menampik, namun karna Teuku Umar memperbolehkannya turut dan dalam medan perang, Cut Nyak Dhien sepakat untuk menikah dengannya pada th. 1880. Mereka dikaruniai anak lelaki yang dinamakan Cut Gambang. Sesudah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia dengan Teuku Umar bertempur dengan melawan Belanda. 

Perang Aceh 

Perang dilanjutkan dengan gerilya serta dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitaran th. 1875, Teuku Umar lakukan pergerakan dengan mendekati Belanda serta hubungan dengan orang Belanda makin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar serta pasukannya yang sejumlah 250 orang pergi ke Kutaraja serta " menyerahkan diri " pada Belanda. Belanda begitu suka karna musuh yang beresiko ingin menolong mereka, hingga mereka memberi Teuku Umar titel Teuku Umar Johan Pahlawan serta membuatnya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan gagasan untuk menipu Belanda, walau ia dituduh jadi penghianat oleh orang Aceh. Bahkan juga, Cut Nyak Meutia datang menjumpai Cut Nyak Dhien serta memakinya. 

Cut Nyak Dien berupaya menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Tetapi, Teuku Umar masih tetap selalu terkait dengan Belanda. Umar lantas berusaha untuk pelajari taktik Belanda, sesaat bebrapa perlahan ganti sebanyak-banyaknya orang Belanda di unit yang ia kuasai. Saat jumlah orang Aceh pada pasukan itu cukup, Teuku Umar lakukan gagasan palsu pada seorang Belanda serta mengklaim kalau ia menginginkan menyerang basis Aceh. 

Teuku Umar serta Cut Nyak Dhien pergi dengan semuanya pasukan serta peralatan berat, senjata, serta amunisi Belanda, lantas tidak sempat kembali. Penghianatan ini dimaksud Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar). 

Teuku Umar yang mengkhianati Belanda mengakibatkan Belanda geram serta memperlancar operasi besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar serta Chut Nyak Dhien. Tetapi, gerilyawan saat ini diperlengkapi peralatan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda serta pasukan musuh ada pada kekacauan sesaat Jend. Van Swieten ditukar. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, secara cepat terbunuh serta pasukan Belanda ada pada kekacauan. Belanda lantas mencabut titel Teuku Umar serta membakar tempat tinggalnya, dan menguber keberadaannya. 

Teuku umar serta Chut Nyak Dhien selalu menghimpit Belanda, lantas menyerang Banda Aceh (Kutaraja) serta Meulaboh (sisa basis Teuku Umar), hingga Belanda terus menerus ganti jendral yang bertugas. Unit " Maréchaussée " lantas di kirim ke Aceh. Mereka dipandang biadab serta begitu susah ditaklukan oleh orang Aceh. Diluar itu, umumnya pasukan " De Marsose " adalah orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semuanya yang berada di jalannya. Akibatnya karena hal semacam ini, pasukan Belanda terasa simpati pada orang Aceh serta Van der Heyden membubarkan unit " De Marsose ". Momen ini mengakibatkan keberhasilan jendral setelah itu karna beberapa orang yg tidak turut lakukan jihad kehilangan nyawa mereka, serta ketakutan tetap masih ada pada masyarakat Aceh. 

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memakai ketakutan ini serta mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak Teuku Umar jadi informan hingga Belanda temukan gagasan Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Pada akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. 

Sesudah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dien memimpin pasukan perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh dengan pasukan kecilnya serta coba melupakan suaminya. Pasukan ini selalu bertempur hingga kehancurannya pada th. 1901 karna tentara Belanda telah punya kebiasaan berperang di medan daerah Aceh. Diluar itu, Cut Nyak Dien telah makin tua. 

Masa Tua dan Kematian 

Cut Nyak Dhien di tangkap serta dibawa ke Banda Aceh serta dirawat dirumah sakit di sana, disamping itu Cut Gambang berhasil melarikan diri ke rimba serta melanjutkan perlawanan yang telah dikerjakan oleh bapak serta ibunya. 

Penyakitnya seperti rabun serta encok makin lama makin pulih. Tetapi, Cut Nyak Dien pada akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karna ketakutan Belanda kalau kemunculannya juga akan membuat semangat perlawanan dan karna ia selalu terkait dengan pejuang yang belum juga tunduk. 

Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien wafat karna usianya yang telah tua. Makam " Ibu Perbu " baru diketemukan pada th. 1959 berdasar pada keinginan Gubernur Aceh waktu itu, Ali Hasan. " Ibu Perbu " disadari oleh Presiden Soekarno jadi Pahlawan Nasional Indonesia lewat SK Presiden RI No. 106 Th. 1964 pada tanggal 2 Mei 1964. 

Makam Cut Nyak Dhien pertama kalinya dipugar pada 1987 serta bisa tampak lewat monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis mengenai peresmian makam yang di tandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam dengan beton dengan luas 1. 500 m2. Di belakang makam ada musholla serta di samping kiri makam ada banyak batu nissan yang disebutkan jadi makam keluarga ulama H. Sanusi. 

Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis kisah hidupnya, tulisan bhs Arab, Surah At-Taubah serta Al-Fajr, dan hikayat narasi Aceh. 

Info di atas saya peroleh dari artikel di wikipedia dan dengan sebagian website yang mengulas info yang sama. Tersebut sedikit penjelasan tentang biografi cut nyak dhien yang bisa saya berikan terima kasih. 

Selasa, 02 Januari 2018

Biografi dan Profil Lengkap R.A Kartini Sang Pahlawan Kaum Wanita

Biografi dan Profil Lengkap R.A Kartini Sang Pahlawan Kaum Wanita





Biolog Indonesia - R. A Kartini adalah satu diantara tokoh wanita yang populer di Indonesia. Raden Ayu Kartini atau R. A. Kartini yaitu sosok wanita pahlawan Nasional yang di kenal dengan kegigihannya memperjuangkan emansipasi wanita saat hidupnya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang biografinya, di bawah ini yaitu biografi R. A. Kartini.  

Biografi Singkat 

Nama : Kartini 
Nama Beda : Raden Ayu Kartini 
Lahir : Jepara, 21 April 1879 
Meninggal dunia : Rembang, 17 September 1904 
Agama : Islam 
Pasangan : K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat 
Orang-tua : R. M. Sosroningrat (Bapak), M. A. Ngasirah (Ibu) 
Titel : Pahlawan Emansipasi Wanita 



Biografi Lengkap R. A. Kartini 

Kelahiran R. A. Kartini 


R. A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara, karna kegigihannya tersebut hari lahirnya lalu diperingati jadi hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir ditengahnya keluarga yang datang dari kelompok priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Oleh karena itu ia peroleh titel R. A (Raden Ajeng) dimuka namanya. Titel Raden Ajeng dipakai Kartini sebelumnya ia menikah, bila telah menikah jadi titel kebangsawanan ditukar jadi Raden Ayu menurut kebiasaan Jawa. 

Keluarga R. A. Kartini 


Bapak Kartini yakni Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seseorang patih yang diangkat jadi bupati Jepara selekasnya sesudah Kartini Lahir. Kartini adalah putri pertama dari istri pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat tetapi tidak dari istri paling utama. Ayahnya adalah putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seseorang bangsawan yang menjabat jadi bupati jepara, beliau ini adalah kakek dari R. A Kartini. Ayahnya R. M. Sosroningrat adalah orang yang terpandang sebab tempatnya saat itu jadi bupati Jepara saat Kartini dilahirkan. 

Ibunya yakni M. A. Ngasirah adalah anak dari seseorang Kiyai atau guru agama di Telukawur, kota Surabya. Bila ditelisik lebih dalam Kartini adalah keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan juga ada yang menyebutkan kalau Ayahnya datang dari kerajaan Majapahit. 

M. A. Ngasirah adalah tidaklah putri dari keturunan bangsawan, tetapi cuma dari rakyat umum saja. Karna pada ketentuan kolonial Belanda yang saat itu mengharuskan seseorang Bupati mesti menikah dengan bangsawan, pada akhirnya bapak Kartini lalu mempersunting seseorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang disebut seseorang Bangsawan keturunan segera dari Raja Madura pada eranya. Sesudah perkawinan itu, lalu bapak Kartini diangkat jadi Bupati Jeparaa menukar tempat bapak kandung dari Raden Adjeng Woerjan yakni R. A. A. Tjitrowikromo. 

Kehidupan R. A. Kartini serta Pemikirannya mengenai emansipasi Wanita 


Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung serta kiri. Dari saudara sekandungnya, Kartini adalah putri tertua. Kakeknya yaitu Pangeran Ario Tjondronegoro IV diangkat jadi Bupati diusia 25 Th. serta di kenal pada pertengahan era ke-19 jadi satu diantara bupati pertama yang berikan pendidikan Barat pada anak-anaknya. Kakak kartini yakni Sosrokartono seseorang yang pandai dalam bagian bhs. 

Hingga umur 12 th., Kartini diijinkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sana Ia belajar bhs Belanda. Tetapi pada usia 15 th. ia mesti tinggal di rumah karna telah dapat dipingit. 

Karna kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, jadi di rumah ia mulai belajar sendiri serta menulis surat untuk rekan-rekan korespondensi yang datang dari Belanda. Satu diantara rekan yang mendukunya yaitu Rosa Abendanon. Dari sanalah Kartini mulai tertarik dengan alur fikir yang dipunyai oleh wanita Eropa dari surat berita, majalah, dan buku yang ia baca. 

Sampai lalu ia mulai berfikir serta berupaya untuk memajukan wanita pribumi karna dalam fikirannya kedudukan wanita pribumi masih tetap ketinggalan jauh atau mempunyai status sosial yang cukup rendah saat itu. 

R. A. Kartini banyak membaca surat berita atau majalah-majalah dari kebudayaan Eropa sebagai langganannya denga barbahasa Belanda. Di usianya yang masih tetap 20 Th. ia bahkan juga telah banyak membaca buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt dan beragam roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, diluar itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar serta Surat-Surat Cinta. 

Ketertarikannya dalam membaca buat ia mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai ilmu dan pengetahuan serta kebudayaan. R. A. Kartini berikan perhatian khusu pada problem emansipasi wanita dengan lihat perbandingan pada wanita eropa serta wanita pribumi. Diluar itu ia juga menyimpan perhatiannya pada problem sosial yang berlangsung. Menurut dia seseorang wanita butuh mmeperoleh kesamaan, kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum. 

Pernikahan R. A. Kartini 


Oleh orangtuanya, Kartini diminta menikah dengan Bupati Rembang yakni K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang sudah mempunyai tiga orang istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suami memberi pengertian pada hasrat dari Kartini serta memberika kebebasan dan di dukung untuk membangun sekolah wanita di samping timur pintu gerbang kompleks perkantoran Rembang, atau sekarang ini gedung itu dipakai jadi gedung pramuka. 

Kelahiran Putra serta Meninggal dunianya R. A. Kartini 


R. A. Kartini melahirkan seseorang Putra yang dinamakan Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Tetapi 4 hari sesudah melahirkan, persisnya pada tanggal 17 September 1904 Kartini wafat pada umur 25 Th., serta jasadnya dimakamkan di Desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang. 

Buku-Buku R. A. Kartini 

  • Habis Gelap Terbitlah Terang 
  • Surat-surat Kartini, Renungan Mengenai serta Untuk Bangsanya 
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 
  • Panggil Saya Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer) 
  • Kartini Surat-surat pada Ny RM Abendanon-Mandri serta suaminya 
  • Saya Ingin … Feminisme serta Nasionalisme. Surat-surat Kartini pada Stella Zeehandelaar 1899-1903. 

Keturunan R. A. Kartini 

Sebelumnya meninggal dunianya R. A. Kartini mempunyai seseorang putra yang bernama R. M Soesalit Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. 

Putra Kartini pernah menjabat jadi Mayor Jenderal pada saat kependudukan Jepang, lalu ia mempunyai putra yang bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R. A Kartini) yang lalu menikah dengan seseorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. 

Dari pernikahannya, RM. Boedi Setiyo Soesalit mempunyai lima anak bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit, lalu RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, serta RM. Rahmat Harjanto Soesalit.