Selasa, 02 Januari 2018

Biografi dan Profil Lengkap R.A Kartini Sang Pahlawan Kaum Wanita

Biografi dan Profil Lengkap R.A Kartini Sang Pahlawan Kaum Wanita





Biolog Indonesia - R. A Kartini adalah satu diantara tokoh wanita yang populer di Indonesia. Raden Ayu Kartini atau R. A. Kartini yaitu sosok wanita pahlawan Nasional yang di kenal dengan kegigihannya memperjuangkan emansipasi wanita saat hidupnya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang biografinya, di bawah ini yaitu biografi R. A. Kartini.  

Biografi Singkat 

Nama : Kartini 
Nama Beda : Raden Ayu Kartini 
Lahir : Jepara, 21 April 1879 
Meninggal dunia : Rembang, 17 September 1904 
Agama : Islam 
Pasangan : K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat 
Orang-tua : R. M. Sosroningrat (Bapak), M. A. Ngasirah (Ibu) 
Titel : Pahlawan Emansipasi Wanita 



Biografi Lengkap R. A. Kartini 

Kelahiran R. A. Kartini 


R. A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara, karna kegigihannya tersebut hari lahirnya lalu diperingati jadi hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir ditengahnya keluarga yang datang dari kelompok priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Oleh karena itu ia peroleh titel R. A (Raden Ajeng) dimuka namanya. Titel Raden Ajeng dipakai Kartini sebelumnya ia menikah, bila telah menikah jadi titel kebangsawanan ditukar jadi Raden Ayu menurut kebiasaan Jawa. 

Keluarga R. A. Kartini 


Bapak Kartini yakni Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seseorang patih yang diangkat jadi bupati Jepara selekasnya sesudah Kartini Lahir. Kartini adalah putri pertama dari istri pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat tetapi tidak dari istri paling utama. Ayahnya adalah putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seseorang bangsawan yang menjabat jadi bupati jepara, beliau ini adalah kakek dari R. A Kartini. Ayahnya R. M. Sosroningrat adalah orang yang terpandang sebab tempatnya saat itu jadi bupati Jepara saat Kartini dilahirkan. 

Ibunya yakni M. A. Ngasirah adalah anak dari seseorang Kiyai atau guru agama di Telukawur, kota Surabya. Bila ditelisik lebih dalam Kartini adalah keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan juga ada yang menyebutkan kalau Ayahnya datang dari kerajaan Majapahit. 

M. A. Ngasirah adalah tidaklah putri dari keturunan bangsawan, tetapi cuma dari rakyat umum saja. Karna pada ketentuan kolonial Belanda yang saat itu mengharuskan seseorang Bupati mesti menikah dengan bangsawan, pada akhirnya bapak Kartini lalu mempersunting seseorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang disebut seseorang Bangsawan keturunan segera dari Raja Madura pada eranya. Sesudah perkawinan itu, lalu bapak Kartini diangkat jadi Bupati Jeparaa menukar tempat bapak kandung dari Raden Adjeng Woerjan yakni R. A. A. Tjitrowikromo. 

Kehidupan R. A. Kartini serta Pemikirannya mengenai emansipasi Wanita 


Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung serta kiri. Dari saudara sekandungnya, Kartini adalah putri tertua. Kakeknya yaitu Pangeran Ario Tjondronegoro IV diangkat jadi Bupati diusia 25 Th. serta di kenal pada pertengahan era ke-19 jadi satu diantara bupati pertama yang berikan pendidikan Barat pada anak-anaknya. Kakak kartini yakni Sosrokartono seseorang yang pandai dalam bagian bhs. 

Hingga umur 12 th., Kartini diijinkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sana Ia belajar bhs Belanda. Tetapi pada usia 15 th. ia mesti tinggal di rumah karna telah dapat dipingit. 

Karna kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, jadi di rumah ia mulai belajar sendiri serta menulis surat untuk rekan-rekan korespondensi yang datang dari Belanda. Satu diantara rekan yang mendukunya yaitu Rosa Abendanon. Dari sanalah Kartini mulai tertarik dengan alur fikir yang dipunyai oleh wanita Eropa dari surat berita, majalah, dan buku yang ia baca. 

Sampai lalu ia mulai berfikir serta berupaya untuk memajukan wanita pribumi karna dalam fikirannya kedudukan wanita pribumi masih tetap ketinggalan jauh atau mempunyai status sosial yang cukup rendah saat itu. 

R. A. Kartini banyak membaca surat berita atau majalah-majalah dari kebudayaan Eropa sebagai langganannya denga barbahasa Belanda. Di usianya yang masih tetap 20 Th. ia bahkan juga telah banyak membaca buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt dan beragam roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, diluar itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar serta Surat-Surat Cinta. 

Ketertarikannya dalam membaca buat ia mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai ilmu dan pengetahuan serta kebudayaan. R. A. Kartini berikan perhatian khusu pada problem emansipasi wanita dengan lihat perbandingan pada wanita eropa serta wanita pribumi. Diluar itu ia juga menyimpan perhatiannya pada problem sosial yang berlangsung. Menurut dia seseorang wanita butuh mmeperoleh kesamaan, kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum. 

Pernikahan R. A. Kartini 


Oleh orangtuanya, Kartini diminta menikah dengan Bupati Rembang yakni K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang sudah mempunyai tiga orang istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suami memberi pengertian pada hasrat dari Kartini serta memberika kebebasan dan di dukung untuk membangun sekolah wanita di samping timur pintu gerbang kompleks perkantoran Rembang, atau sekarang ini gedung itu dipakai jadi gedung pramuka. 

Kelahiran Putra serta Meninggal dunianya R. A. Kartini 


R. A. Kartini melahirkan seseorang Putra yang dinamakan Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Tetapi 4 hari sesudah melahirkan, persisnya pada tanggal 17 September 1904 Kartini wafat pada umur 25 Th., serta jasadnya dimakamkan di Desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang. 

Buku-Buku R. A. Kartini 

  • Habis Gelap Terbitlah Terang 
  • Surat-surat Kartini, Renungan Mengenai serta Untuk Bangsanya 
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 
  • Panggil Saya Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer) 
  • Kartini Surat-surat pada Ny RM Abendanon-Mandri serta suaminya 
  • Saya Ingin … Feminisme serta Nasionalisme. Surat-surat Kartini pada Stella Zeehandelaar 1899-1903. 

Keturunan R. A. Kartini 

Sebelumnya meninggal dunianya R. A. Kartini mempunyai seseorang putra yang bernama R. M Soesalit Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. 

Putra Kartini pernah menjabat jadi Mayor Jenderal pada saat kependudukan Jepang, lalu ia mempunyai putra yang bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R. A Kartini) yang lalu menikah dengan seseorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. 

Dari pernikahannya, RM. Boedi Setiyo Soesalit mempunyai lima anak bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit, lalu RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, serta RM. Rahmat Harjanto Soesalit. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar