Jumat, 12 Januari 2018

Biografi Supriyadi Pahlawan Pembela Tanah Air (PETA)

Biografi Supriyadi Pahlawan Pembela Tanah Air (PETA)



Biologindonesia241 - Supriyadi kecil yaitu seseorang yang memperoleh evaluasi nilai-nilai kepahlawanan dari kakek tirinya lewat media wayang. Lewat budaya wayang itu mulai tertanam jiwa patriotik cinta tanah air. Putra kelahiran Trenggalek, 13 April 1923 ini mulai perjuangan bela tanah air dengan masuk tentara pribumi atau yang dulu di kenal dengan PETA (Pembela Tanah Air). Mengenai histori biografi Supriyadi juga akan dibahas lebih mendalam seperti berikut.

Supriyadi yang bernama kecil Priyambodo ini termasuk juga seseorang pribumi yang kaya hingga mempunyai peluang mengenyam pendidikan di bangku sekolah resmi. Biografi Supriyadi diawali dari pendidikan yang Ia enyam di ELS (satu tingkat Sekolah Basic) lalu dilanjutkan ke MULO (satu tingkat Sekolah Kelanjutan Tingkat Pertama). Sesudah tamat MULO Ia meneruskan Sekolah Pamongpraja di Magelang. Saat tentara Jepang di Indonesia ia belum juga pernah merampungkan sekolah Pamongpraja lalu berpindah masuk Sekolah Menengah Tinggi serta ikuti latihan pemuda Seimendoyo di Tangerang.

berlanjut pada saat penggabungan dianya didalam PETA (Pembela Tanah Air) bentukan Jepang bln. Oktober 1943. Awal mulanya PETA dibuat jadi satu pasukan strategis Pribumi bentukan Jepang untuk mensupport ia pada perang Asia Pasifik serta mensupport kebutuhan Jepang. Hal semacam ini lalu digunakan oleh tokoh Nasional untuk menanamkan jiwa cinta kebangsaan Indonesia beberapa pemuda pribumi. Supriyadi juga termasuk juga anggota PETA yang lalu diangkat jadi Sudhanco di Blitar. Jadi Sudhanco ia bertugas mengawasi pekerjaan Romusha. Romusha berusaha keras, tetapi tingkat kesejahteraan (makanan, kesehatan) hidupnya begitu memprihatinkan. Seringkali mereka diperlakukan kasar oleh pihak Jepang.

Biografi Supriyadi jadi menarik, karna jadi anak muda, Ia tidak gentar untuk membela golongan tertindas Romusha walau dengan terbatasnya pasukan serta alat perang. Supriyadi mulai terbersit untuk lakukan perlawanan pada pihak Jepang karna tidak tahan lihat kesewenang-wenangan Jepang pada bangsanya, dalam hal semacam ini beberapa Romusha. Kiat perlawanan mulai disusun Supriyadi dengan rekan-rekan PETA nya. Perlawanan ini juga pernah dikonsultasikannya pada Bung Karno saat bertandang di Blitar untuk berjumpa dengan bapak Supriyadi. Hal semacam ini juga di dukung Bung Karno dengan nasehat untuk menguatkan pasukan.

Puncak perlawanan berlangsung pada tanggal 14 Februari 1945 awal hari di Daidan Blitar. Jepang begitu terperanjat dengan tindakan pemberontakan itu serta pada akhirnya mengerahkan pasukan besar untuk menumpas pasukan PETA. Pasukan PETA selesai dengan penangkapan serta pembujukan tokoh PETA. Tokoh-tokoh yang berhasil di tangkap lalu diadili di Mahkamah Militer Jepang. Enam orang dijatuhi hukuman mati, tiga orang hukuman seumur hidup, serta yang beda memperoleh hukuman beragam dari mulai 3 sampai 15 th. penjara. Nama Supriyadi tidak termasuk juga didalam orang yang terserang sangsi. Bahkan juga saat juga akan dilantik serta diangkat jadi Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet RI pertama pada 6 Oktober 1945 Supriyadi tidak ada. Disangka Supriyadi tewas terbunuh pada momen perlawanan PETA di Blitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar