Biografi Tentang Mohammad Hatta
Biologindonesia241 - Siapa yg tidak mengetahui satu diantara pahlawan atau tokoh Proklamator Indonesia ini dengan Presiden Soekarno. Begitu bersahaja serta simpel sampai akhir hayatnya ini tersebut sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah berikut Bung Hatta di besarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, wafat saat Hatta berumur delapan bln.. Dari ibunya, Hatta mempunyai enam saudara wanita. Ia yaitu anak lelaki hanya satu. Mulai sejak duduk di MULO di kota Padang, ia sudah tertarik pada gerakan. Mulai sejak th. 1916, muncul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. serta Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.
Jadi bendahara Jong Sumatranen Bond, ia mengerti perlunya makna keuangan untuk hidupnya perkumpulan. Namun sumber keuangan baik dari iuran anggota ataupun dari sumbangan luar cuma mungkin saja lancar bila beberapa anggotanya memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin. Rasa tanggung jawab serta disiplin setelah itu jadi keunikan sifat-sifat Mohammad Hatta.
Masa Studi di Negeri Belanda
Pada th. 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar jadi anggota Indische Vereniging. Th. 1922, perkumpulan ini bertukar nama jadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menampik bekerja bersama dengan Belanda itu lalu bertukar nama sekali lagi jadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta juga mengupayakan supaya majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit dengan teratur jadi basic pengikat antaranggota. Pada th. 1924 majalah ini bertukar nama jadi Indonesia Merdeka. Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada th. 1923. Awal mulanya dia punya maksud meniti ujian doctoral di bagian pengetahuan ekonomi pada akhir th. 1925. Karenanya pada th. 1924 dia non-aktif dalam PI. Namun saat itu di buka jurusan baru, yakni hukum negara serta hukum administratif. Hatta juga masuk jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bagian politik.
Perpanjangan gagasan studinya itu sangat mungkin Hatta dipilih jadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada saat itu, ia mengatakan pidato inaugurasi yang berjudul " Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen " --Struktur Ekonomi Dunia serta Pertentangan kekuasaan. Dia coba mengkaji susunan ekonomi dunia serta berdasar pada itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif. Mulai sejak th. 1926 hingga 1930, berturut-turut Hatta diambil jadi Ketua PI. Dibawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa umum jadi organisasi politik yang memengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Hingga pada akhirnya disadari oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI jadi pos depan dari gerakan nasional yang ada di Eropa. PI lakukan propaganda aktif diluar negeri Belanda. Nyaris tiap-tiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, serta terima perkumpulan ini. Sepanjang itu, nyaris senantiasa Hatta sendiri yang memimpin delegasi.
Pada th. 1926, dengan maksud mengenalkan nama " Indonesia ", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa ada banyak oposisi, " Indonesia " dengan resmi disadari oleh kongres. Nama " Indonesia " untuk mengatakan lokasi Hindia Belanda saat itu sudah betul-betul di kenal kelompok organisasi-organisasi internasional. Hatta serta gerakan nasional Indonesia memperoleh pengalaman perlu di Liga Menentang Imperialisme serta Penindasan Kolonial, satu kongres internasional yang diselenggarakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berteman dengan pemimpin-pemimpin gerakan buruh seperti G. Ledebour serta Edo Fimmen, dan tokoh-tokoh yang lalu jadi negarawan-negarawan di Asia serta Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), serta Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis mulai sejak waktu itu.
Pada th. 1927 itu juga, Hatta serta Nehru diundang untuk memberi ceramah untuk " Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian serta Kebebasan " di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia serta Masalah Kemerdekaan). Dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, serta Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara sepanjang lima 1/2 bln.. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari semua tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta menyampaikan pidato pembelaan yang menarik, yang lalu diterbitkan jadi brosur dengan nama " Indonesia Vrij ", serta lalu ditranslate kedalam Bhs Indonesia jadi buku dengan judul Indonesia Merdeka. Pada th. 1930-1931, Hatta memusatkan diri pada studinya dan penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat serta terkadang De Socialist. Ia berencana untuk akhiri studinya pada pertengahan th. 1932.
Kembali pada Tanah Air
Pada bln. Juli 1932, Hatta berhasil merampungkan studinya di Negeri Belanda serta satu bulan lalu ia tiba di Jakarta. Pada akhir th. 1932 serta 1933, aktivitas paling utama Hatta yaitu menulis beragam artikel politik serta ekonomi untuk Daulat Ra’jat serta lakukan beragam aktivitas politik, terlebih pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi senantiasa diutamakan pada kader-kadernya. Reaksi Hatta yang keras pada sikap Soekarno berkenaan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang selesai dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, tampak pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul " Soekarno Ditahan " (10 Agustus 1933), " Tragedi Soekarno " (30 Nopember 1933), serta " Sikap Pemimpin " (10 Desember 1933).
Pada bln. Pebruari 1934, sesudah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Beberapa pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan serta lalu dibuang ke Boven Digoel. Semuanya sejumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta yaitu Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, serta Bondan. Dari kantor Bandung : Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, serta Murwoto. Sebelumnya ke Digoel, mereka dipenjara sepanjang nyaris satu tahun di penjara Glodok serta Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi serta Kapitalisme”.
Masa Pembuangan
Pada bln. Januari 1935, Hatta serta kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan disana, Kapten van Langen, tawarkan dua pilihan : bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan gaji 40 sen satu hari dengan keinginan kelak juga akan di kirim pulang ke daerah asal, atau jadi buangan dengan terima bahan makanan in natura, dengan tidak ada keinginan juga akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, apabila dia ingin bekerja untuk pemerintah kolonial saat dia masih tetap di Jakarta, tentu sudah jadi orang besar dengan upah besar juga. Jadi tidak perlulah dia ke Tanah Merah untuk jadi kuli dengan upah 40 sen satu hari.
Dalam pembuangan, Hatta dengan teratur menulis artikel-artikel untuk surat berita Panorama. Honorariumnya cukup untuk cost hidup di Tanah Merah serta dia dapatlah menolong kawan-kawannya. Tempat tinggalnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang spesial dibawa dari Jakarta sejumlah 16 peti. Dengan hal tersebut, Hatta memiliki cukup banyak bahan untuk memberi pelajaran pada kawan-kawannya di pembuangan tentang pengetahuan ekonomi, histori, serta filsafat. Himpunan beberapa bahan pelajaran itu di masa datang dibukukan dengan judul-judul diantaranya, " Pengantar ke Jalan llmu serta Pengetahuan " serta " Alam Fikiran Yunani. " (empat jilid).
Pada bln. Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahu kalau tempat pembuangan Hatta serta Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya pergi ke Bandaneira. Mereka berjumpa Dr. Tjipto Mangunkusumo serta Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta serta Sjahrir bisa bergaul bebas dengan masyarakat setempat serta berikan pelajaran pada anak-anak setempat dalam bagian histori, tatabuku, politik, serta lain-Iain.
Berikut adalah Biodata dari Mohammad Hatta :
- Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
- Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
- Meninggal dunia : Jakarta, 14 Maret 1980
- Istri : (Alm.) Rahmi Rachim
- Anak :
- Meutia Farida
- Gemala
- Halida Nuriah
- Titel Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI th. 1986
Pendidikan :
- Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
- Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
- Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
- Titel Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)
- Karier :
- Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
- Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
- Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
- Wakil delegasi Indonesia dalam pergerakan Liga Melawan Imperialisme serta Penjajahan, Berlin (1927-1931)
- Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
- Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
- Anggota Tubuh Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
- Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
- Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)
- Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
- Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri serta Menteri Pertahanan (Januari 1948 - Desember 1949)
- Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag serta terima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949)
- Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri serta Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 - Agustus 1950)
- Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961)
- Dosen di Kampus Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959)
- Penasihat Presiden serta Penasihat Komisi IV mengenai problem korupsi (1969)
- Ketua Panitia Lima yang bertugas memberi perumusan penafsiran tentang Pancasila (1975)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar